SAMPANG, SEHILIR.com – Kabupaten Sampang masih mengalami hujan berkala di awal Juni 2025, padahal seharusnya telah memasuki musim kemarau. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, keterlambatan musim kemarau ini disebabkan oleh gangguan atmosfer yang masih aktif.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sampang, Candra Ramadani Amin, menjelaskan bahwa musim kemarau seharusnya sudah dimulai sejak April. Namun, ketidakstabilan cuaca memicu terjadinya hujan lokal dengan intensitas ringan hingga sedang di sejumlah kecamatan.
“Berdasarkan analisis BMKG, kondisi ini dipengaruhi oleh perbedaan aliran udara, gangguan gelombang atmosfer, serta aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) di wilayah barat Indonesia,” ujar Candra, Selasa (10/6).
Tingginya kelembapan udara turut mempercepat pembentukan awan hujan di Madura, termasuk Sampang. Namun, Candra memperkirakan, jika pergerakan semu matahari ke utara berlanjut, musim kemarau baru akan normal setelah 21 Juni.
“Musim kemarau tahun ini lebih lambat dibanding tahun lalu. Saat ini, tidak ada pengaruh La Niña atau El Niño, melainkan murni dinamika atmosfer harian,” jelasnya.
Dampaknya, sektor pertanian dan perikanan setempat terganggu. Sejumlah petani tembakau terpaksa menunda masa tanam, sementara sebagian lainnya mengalami kerusakan tanaman. Di sisi lain, nelayan mengeluhkan cuaca tidak menentu, termasuk angin kencang dan hujan mendadak yang mengganggu aktivitas melaut. Pemerintah setempat mengimbau masyarakat waspada terhadap potensi cuaca ekstrem dan memantau perkembangan informasi dari BMKG.**